Dosen : Khaerul Azmi, S.Sos.I, M.Sos.I
Bahasa sebagai medium komunikasi
Sebuah perspektif filsafat
Bahasa sebagai medium komunikasi
Sebuah perspektif filsafat
Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuannya berbahasa. “Tanpa bahasa”, simpul Aldous Huxley, “manusia tak berbeda dengan anjing atau monyet” (Jujun S. Suriasumantri)
Manusia dapat berpikir dengan baik karena dia mempunyai bahasa. Tanpa bahasa maka manusia tidak akan dapat berpikir secara rumit dan abstrak dalam kegiatan ilmiah.
Dalam pandangan Ernst Cassirer (1874-1945) ciri khas manusia ialah bahwa ia merupakan animal symbolicum, makhluk yang mengerti serta membentuk simbol.
Dengan simbol, manusia dapat menciptakan suatu dunia kultural, dimana terdapat bahasa, mitos dan agama, kesenian, ilmu pengetahuan (K. Bertens, 1983)
Sejak dulu, para ahli pikir menyebut manusia sebagai animal rationale, yang berpangkal pada istilah Yunani logon ekhoon, yaitu makhluk yang dilengkapi tutur kata dan akal budi. Istilah logos menunjukkan arti suatu perbuatan atupun isyarat, inti sesuatu hal, cerita, kata ataupun susunan. Logos menunjukkan ke arah manusia yang mengatakan sesuatu mengenai dunia yang mengitarinya. (Var Perseun dalam Alex Sobur, 2006: 273)
Aspek dan fungsi bahasa
Aspek dan fungsi bahasa
Bahasa memiliki dua aspek, yakni aspek informatif dan emotif. Keduanya tercermin dalam bahasa yang digunakan. Artinya, kalau seseorang berbicara maka pada hakikatnya informasi yang disampaikan mengandung unsur emotif, demikian juga kalau seseorang mengungkapkan ekspresi, maka eksresi itu mengandung unsur-unsur informatif (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 173)
Telaan lebih lanjut tentang bahasa menunjukkan bahwa bahasa mengkomunikasikan tiga hal, yaitu buah pikiran, perasaan, dan sikap. Atau seperti dinyatakan oleh George F. Kneller (1964), bahasa dalam kehidupan manusia mempunyai fungsi simbolik, emotif dan afektif. Fungsi simbolik dari bahasa menonjol dalam komunikasi ilmiah, sedangkan fungsi emotif menonjol dalam komunikasi estetik.
Bahasa mempunyai fungsi yang amat penting bagi manusia, terutama sekali fungsi komunikasi. H.A.K Haliday dalam exploration in the function of language (dalam Tarigan, 1993: 6-8) menemukan tujuh fungsi bahasa, yaitu:
1. The instrumental function (fungsi instrumental)
2. The regulatory function (fungsi regulasi)
3. The representational function (fungsi representatif)
4. The interactional function (fungsi interaksi)
5. The personal function (fungsi personal)
6. The heuristic function (fungsi heuristik)
7. The imaginative function (fungsi imajinatif)
Menurut apa yang disebut “Sapir-Whorf hypothesis”, bahasa menentukan bukan hanya budaya, tetapi juga cara dan jalan pikiran manusia (Alex Sobur: 2006: 291)
Apakah sebenarnya bahasa
Bahasa pada dirinya mengandung dua hal:
• pertama, bahasa dapat dicirikan sebagai serangkaian bunyi. Dalam hal ini manusia mempergunakan bunyi sebagai alat utuk berkomunikasi.
• kedua, bahasa merupakan lambang/simbol dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu arti tertentu (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 175)
Dengan bahasa manusia dapat berpikir secara teratur namun juga dapat mengkomunikasi apa yang sedang dipikirkan kepada orang lain.
Dengan adanya bahasa maka manusia hidup dalam dua dunia yakni dunia pengalaman yang nyata dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa.
Lewat bahasa manusia menyusun sendi-sendi yang membuka rahasia alam dalam berbagai teori seperti teori relativitas dan quantum. Oleh karenanya, “pengetahuan adalah kekuasaan”, kata Francis Bacon.
Komunikasi estetik & komunikasi ilmiah
Seni merupakan kegiatan estetik yang banyak mempergunakan aspek emotif dari bahasa, baik itu seni suara maupun seni sastra. Dalam hal ini bahasa bukan saja dipergunakan untuk mengungkapkan perasaan itu sendiri, melainkan juga merupakan ramuan untuk menjelmakan pengalaman yang ekspresif. Bahasa dipergunakan secara plastik, dimana komunikasi yang terjadi mempunyai kecenderungan emotif.
Komunikasi ilmiah mensyaratkan bentuk komunikasi yang berbeda dengan komunikasi estetik. Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus terbebas dari unsur-unsur emotif. Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif.
Sebagai sarana komunikasi ilmiah, bahasa mempunyai beberapa kekurangan:
pertama, kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Komunikasi ilmiah berupaya membatasi diri dengan aspek simbolik saja dari ketiga fungsi bahasa.
pertama, kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang bersifat multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, afektif dan simbolik. Komunikasi ilmiah berupaya membatasi diri dengan aspek simbolik saja dari ketiga fungsi bahasa.
0 comments:
Post a Comment