Jurgen Habermas
Biografi Habermas
Jurgen Habermas dilahirkan di Jerman
18 Juni 1929, merupakan filosof yang sangat berpengaruh. Pergualatan
pemikirannya terbentuk setelah bergabung dalam mazhab Frankfurt. Mazhab Frankfurt berdiri dalam
tradisi besar yang mengambil inspirasi dari Karl Marx dan terait dengan upaya
untuk mengkritisi hubungan-hubungan sosial yang nyata.
Habermas banyak tertarik pada bidang
kesusastraan, sejarah, filsafat dan juga psikologi dan ekonomi. Perkenalannya
dengan Institut Penelitian Sosial terjadi pada tahun 1956 pada masa Adorno
menjadi ketua. Bersama Adorno, ia mengambil proyek penelitian
mengenai sikap politik mahasiswa Frankfurt, yang kemudian di publikasikan dalam
buku Student un politik (Mahasiswa dan Politik) pada tahun 1964.
Pada tahun yang sama ia diundang
menjadi Profesor filsafat di Heidelberg. Pada tahun 1964 pula, ia kembali lagi
ke Universitas Frankfurt dan menggantikan kedudukan Horkheimer sebagai Profesor
Sosiologi dan Filsafat. Sejalan dengan para pendahulunya habermas hendak membangun sebuah
“teori dengan maksud praksis”. Corak penafsiran yang dilakukannya bersifat
“ilmiah” sekaligus “filosofis”
Pemikiran Habermas
- Public Sphere
·
Tidak
seperti pendahulunya yang berupaya mengadakan revolusi yang didasarkan atas
“paradigma kerja”, maka Habermas memberikan pemahaman baru tentang rasio
manusia, yaitu “paradigma komunikasi”
·
Implikasinya
adalah demi terciptanya masyarakat sosialis yang dicita-citakan, Habermas
justru menempuh jalan konsensus dengan sasaran terciptanya “demokrasi liberal”,
yaitu hubungan sosial yang terjadi dalam lingkup “komunikasi bebas penguasaan”
(Public Sphere)
- Pertautan pengetahuan dan
kepentingan
·
Teori
memilik pertautan dengan dimensi praksis. Itulah sebabnya harus ada pembedaan
antara kepentingan kerja (kognitis-etis) dengan paradigma komunikasi
(moral-praktis.
·
Paradigma
kerja lebih menyangkut pada kepentingan-kepentingan teknis, seperti penguasaan
atas alam untuk kegiatan produksi,
sementara paradigma komunikasi lebih berkaitan dengan dengan kepentingan
praktis, yaitu interaksi antar manusia .
- Masyarakat harus dipahami sbg sebuah
kombinasi antara tiga macam kepentingan utama: (1) Kerja (work);
(2) Interaksi (interaction); (3) Kekuasaan (power)
·
Kepentingan
bekerja (work)
terkait dg usaha2 utk
menciptakan sumberdaya material
·
Karena
sifat2 instrumentalnya utk menangani pekerjaan2 yg terlihat utk memperoleh
hasil yg objektif bekerja ini lebih banyak terkait dg kepentingan teknis (technical
interest) yang melibatkan rasionalitas instrumental (instrumental
rationality) yg direpresentasikan dlm ilmu pengetahuan analitis-empiris (empirical-analytical
science)
·
Teknologi
digunakan sbg sebuah instrumen utk memperoleh hasil2 praktis yg didasarkan pd
penelitian ilmiah.
- Kepentingan Interaksi (interaction)
·
Terkait
dg penggunaan bahasa dan sistem2 simbol lain dlm komunikasi
·
Karena
kerjasama sosial perlu untuk bisa bertahan (survival) kepentingan interaksi
ini berhubungan dg kepentingan praktis (practical interest) yg
melibatkan rasionalitas praktis (practical rationality) yg
direpresentasikan dlm ilmu pengetahuan sejarah dan hermeneutika (historical-hermeneutical
science).
- Kepentingan Kekuasaan (power)
·
Berhubungan
dg distribusi kekuasaan dlm tatanan sosial utk menciptakan dominasi2 ttt.
·
Mengarahkan
distorsi komunikasi
·
Mll
kesadaran akan adanya ideologi2 yg mendominasi dlm masyarakat, kelompok2 dpt
memberdayakan diri mereka sendiri utk mengubah kondisi masyarakatnya.
Konsekuensinya kekuasan mempunyai kepentingan emansipatoris (emancipatory
interest) yg melibatkan rasionalitas refleksi-diri (self-reflection
rationality) yg direpresentasikan dlm ilmu pengetahuan kritis (critical
science/ critical theory).
Masyarakat komunikatif
§
Habermas
menjelaskan bahwa proses belajar masyarakat secara evolusioner tergantung pada
kompetensi individu-individu yang menjadi anggotanya.
§
Kompetensi
itu dikembangkan bukan secara individual dan terisolasi, melainkan lewat
interaksi sosial dengan medium struktur-struktur yang berasal dari dunia
kehidupan mereka
§
Ada
tiga tahap perkembangan kompetensi komunikatif, yaitu
1.
Pertama,
tahap interaksi melalui simbol-simbol, dimana tuturan dan tindakan masih
terkait dalam kerangka kerja sebuah komunikasi tunggal yang bersifat memerintah
.
2.
Kedua,
tatap tuturan yang didifferensiasikan dengan pernyataan-pernyataan, yang untuk
pertama kalinya antara tindakan dan tuturan dipisahkan. Pada tahap ini
dikatakan telah terbentuk sebuah “peran sosial”, krn setiap individu bertindak
sebagai pelaku sekaligus pengamat .
3.
Ketiga,
pada tahap perbincangan (diskursus) argumentasi. Komunikasi sudah menyangkut
pencarian klaim-klaim kesahihan tindakan- tuturan (Speech-acts).
Melalui pentahapan
tersebut yang diinginkan adalah masyarakat komunikatif yang terbentuk melalui
kesepakatan bersama yang didasarkan atas prinsip konsensus antar masyarakat
secara dialogis .