Dosen : Dr. Hadiono Afdjani, M.M, M.Si
PUBLIC RELATIONS POLITIK
PUBLIC RELATIONS POLITIK
Pencitraan melalui media selalu
dianggap efektif dalam membentuk citra, pasalnya, sebagian besar masyarakat di
indonesia tidak memiliki akses kepada informasi, dalam hal ini mengecek hal-hal
yang ditayangkan melalui media massa untuk mengetahui kebenarannya.
Terjalinnya kedekatan dengan audiens
adalah kunci keberhasilan, hal ini hanya dapat dilakukan melalui peran PR, Keuntungan
apa yang diperoleh masyarakat, bila kandidat menjadi legislator? Pertanyaan
ini jelas menghendaki adanya kejelasan kelebihan sang kandidat atau partai
politik yang menaunginya. PR-lah yang memperkenalkan sang kandidat melalui
sosialisasi yang memfokuskan pada kepribadian yang akan membuatnya menjadi
seterkenal mungkin.
Beberapa hal yang patut menjadi
perhatian PR dalam mencapai target image yang dikehendaki yakni sosialisasikan
program unggulan yang pro-rakyat, peka dengan permasalahan wilayah-daerah dan
tonjolkan track record sang kandidat.
- Melvin Sharpe ( dalam Nugroho Dwidjowijoto, 2004) mendefinisikan humas sebagai komunikasi yang harmonis dalam hubungan jangka panjang antara perusahaan dan publiknya. Publik yang dimaksud di sini, meliputi pemilik, pengelola, pengguna, dan lingkungan.
- Ivy Lee merupakan pelopor dalam kegiatan humas, ia merupakan orang pertama yang menjadi konsultan dalam profesi ini, pada tahun 1904. Sedangkan, Clem Whittaker dan Leane Baxter merupakan konsultan pertama dalam humas politik, pada tahun 1933, bironya bernama Champaigns Inc.
- McNair
(2003) meyakini bahwa humas politik berkenaan dengan 4 kegiatan, Yaitu : managemen media; managemen image;
komunikasi internal; dan managemen informasi.
1. Managemen media, meliputi aktivitas merancang dan
memelihara suatu hubungan positif antara politikus dan media -mengetahui
kebutuhan masing-masing dan memanfaatkan karakteristik keduanya untuk mencapai
keuntungan maximal.
Bagi politikus, ia perlu
memberikan apa yang diinginkan organisasi media -dalam kaitan dengan berita
atau pertunjukan, bersamaan dengan itu politikus menggunakan media untuk
memperkenalkannya dan memperluas pengaruhnya pada khalayak.
Bagi media, ia perlu
memberikan apa yang diinginkan oleh politikus – berkenaan dengan saluran
komunikasi dan ajang pertunjukkan. Bersamaan dengan itu, media memperluas
jaringan sumber berita (jaringan komunikasi/informasi).
2. Managemen image. Disatu sisi, meliputi aktivitas
membangun image politikus (sebagai individu) yang diselaraskan dengan tujuan
organisasi. Di sisi lain, membangun image organisasi (partai, departemen).
Aktivitas ini meliputi pembuatan logo, slogan, foto (bagaimana foto dirancang
sehingga dapat membangun image yang positif), perancangan iklan, bahasa yang
digunakan dalam mengkomunikasikan ide-ide; kebijakan; mengkomentari masalah,
dsb.
3. Komunikasi internal, meliputi aktivitas membangun/menyediakan
saluran komunikasi internal, sebagai upaya menciptakan identitas kelompok;
kebersamaan dan kesatuan; integritas; loyalitas; mengkoordinir aktivitas;
mengelola feedback.
Bentuk nyata dari aktivitas
ini, meliputi penerbitan media internal (majalah, tabloid) yang bisa menjadi
saluran komunikasi secara horizontal maupun vertikal, penciptaan ruang-ruang
publik sebagai ajang berdiskusi; rekreasi, Kegiatan-kegiatan(outbond, wisata,
lomba), dsb.
4. Managemen informasi, meliputi aktivitas menyampaikan (dengan
segera; memperlambat), memanipulasi informasi dalam rangka membangun/menjaga
image (politikus; partai; departemen) yang positif, serta menyerang pihak
lawan. Informasi dalam konteks ini, merupakan suatu senjata politis yang kuat.
Dengan selektivitas penyampaian/penyimpangan/pembatasan merupakan suatu unsur
penting dalam memanage pendapat umum (public opinion).
0 comments:
Post a Comment