PERSPEKTIF POSITIVISME
Positivisme, sebagai salah satu aliran filsafat
yang bebas nilai dikembangkan mulai abad ke 19.
1. Positivisme sosial; Tokohnya Henry
Sain Simon dan Auguste Comte. Paham ini meyakini bahwa kehidupan sosial hanya
dapat di capai melalui penerapan ilmu-ilmu positif. Tokoh lainnya yaitu; John
Stuart Mill, Gioseppe Ferrari, dll.
2. Positivisme evolusioner; Tokohnya
Charles Lyell, Charles Darwin, Herbert Spencer, Wilhem Wundt, Ernst Hackel.
Jika positivisme sosial percaya kemajuan dapat berlangsung berdasarkan ilmu
pengetahuan, sedang positivisme evolusioner meyakini interaksi manusia-semesta
sebagai penentu kemajuan.
3. Positivisme logis; tokohnya Rudolph
Carnapp, Alfred Ayer, Wittgenstein, dll. Paham ini lebih memfokuskan diri pada
logika dan bahasa ilmiah. Prinsip yang diyakini paham ini adalah ISOMORFI yaitu
adanya hubungan mutlak antara bahasa dan dunia nyata.
Bahasa adalah gambar dari kenyataan, karena
bahasa sehari-hari tidak bisa menggambarkan kenyataan secara benar maka
dikembangkanlah bahasa logis dengan kecermatan matematis yg akurat. Positif
berarti, “apa yg berdasarkan pada fakta objektif”. Asumsi dasar positivisme tentang
realitas adalah tunggal, dalam artian bahwa fenomena alam dan tingkah laku
manusia itu terikat oleh tertib hukum. Fokus kajian-kajian positivis adalah
peristiwa sebab-akibat (kausalitas).
Dalam hal ini, positivisme menyebutkan, hanya
ada dua jalan untuk mengetahui:
- Verifikasi langsung melalui data pengindera (empirikal).
- Penemuan lewat logika (rasional).
Positivisme mempunyai slogan yang terkenal
yaitu "savoir pour prevoir, prevoir pour pouvoir" yang artinya
dari ilmu muncul prediksi, dan dari prediksi muncul aksi.
Ide pokok positivisme
menurut Kincaid:
- Bahwa ilmu pengetahuan merupakan jenis pengetahuan yang paling tinggi tingkatannya, dan karenanya kajian filsafat harus juga bersifat ilmiah (that science is the highest form of knowledge and that philosophy thus must be scientific).
- Bahwa hanya ada satu jenis metode ilmiah yang berlaku secara umum, untuk segala bidang atau disiplin ilmu, yakni metode penelitian ilmiah yang lazim digunakan dalam ilmu alam.
- Bahwa pandangan-pandangan metafisik tidak dapat diterima sebagai ilmu, tetapi "sekadar" merupakan pseudoscientific.
kebenaran yang dianut positivisme dalam mencari
kebenaran adalah teori korespondensi. Teori korespondensi menyebutkan bahwa
suatu pernyataan adalah benar jika terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung
pernyataan tersebut. Atau dengan kata lain, suatu pernyataan dianggap benar
apabila materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut bersesuaian
(korespodensi) dengan obyek faktual yang ditunjuk oleh pernyataan tersebut.
Komponen-komponen
pokok teori dan metodologi positivis adalah sebagai berikut:
- Metode penelitian: kuantitatif
- Sifat metode positivisme adalah obyektif.
- Penalaran: deduktif.
- Hipotetik
POST POSITIVSME
Munculnya gugatan terhadap positivisme di mulai tahun 1970-1980an. Pemikirannya
dinamai “post-positivisme”. Tokohnya; Karl R. Popper, Thomas Kuhn, para
filsuf mazhab Frankfurt (Feyerabend, Richard Rotry). Paham ini menentang positivisme,
alasannya tidak mungkin menyamaratakan ilmu-ilmu tentang manusia dengan ilmu
alam, karena tindakan manusia tidak bisa di prediksi dengan satu penjelasan
yang mutlak pasti, sebab manusia selalu berubah.
Asumsi Dasar
Post-Positivsme
- Fakta tidak bebas nilai, melainkan bermuatan teori.
- Falibilitas Teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris, bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukkan fakta anomali.
- Fakta tidak bebas melainkan penuh dengan nilai.
- Interaksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasil interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah.
- Asumsi dasar post-positivisme tentang realitas adalah jamak individual.
- Hal itu berarti bahwa realitas (perilaku manusia) tidak tunggal melainkan hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit tindakan yang bersangkutan.
- Fokus kajian post-positivis adalah tindakan-tindakan (actions) manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan.
Komponen-komponen
pokok teori dan metodologi post-positivis adalah sebagai berikut:
- Metode penelitian: kualitatif
- Sifat metode post-positive: Subyektif
- Penalaran: Induktif.
- Interpretatif
0 comments:
Post a Comment