Perspektif
Interpretatif
Perspektif interpretatif timbul sebagai reaksi
terhadap objektivitas dan dualisme subjek-objek yang dibangun positivism.
Pada pertengahan abad-18,
idealisme Jerman mengawali sebuah semangat dalam ilmu sosial yang
mempertimbangkan subjektifitas dan intuisi .
Gagasan ini sempat meredup, namun timbul
kembali di permulaan abad 20 berkat jasa Max Weber yang menyatakan bahwa metode
positivisme dalam ilmu alam tidak tepat untuk dijadikan sebagai sebuah metode
pemahaman. Ia menawrkan gerakan interpretasi sosial yang dapat mencatat
makna-makna subjektif .
Metateori
interpretatif
A.
Ontologi
realitas sosial hadir dalam beragam bentuk
konstruksi mental, berdasar pada situasi sosial dan pengalamannya, bersifat
lokal dan spesifik, kemudian bentuk dan formatnya bergantung pada orang yang
menjalaninya (Guba, 1990)
walhasil ontologi ontologi yang dipegang adalah
gagasan bahwa realitas tidak akan bisa dimengerti tanpa mempertimbangkan proses
sosial dan mental yang terus menerus membangun realitas tersebut .
B.
Epistemologi
epistemologi intepretatif merupakan
epistemologi subjektif. Kaum interpretatif meyakini tidak adanya hukum
universal atau hubungan kausal yang bisa dijadikan kesimpulan mengenai dunia
sosial. Kaum interpretatif berupaya mengusahakan pemahaman lokal dari kelompok
sosial yang khusus dan kejadian yang khusus pula
C.
Aksiologi
kebanyakan teoretisi interpretatif mengikuti
argumen ketidakmungkinan pemisahan nilai dari pengetahuan. Nilai-nilai personal
dan profesional adalah sebuah lensa yang melauinya sebuah fenomena sosial
diamati
Perspektif interpretatif mendasari metode ilmu
sosial dengan memberikan peran subjek dalam menentukan fakta sosial sekaligus
memperlakukan manusia tidak sebagai benda-benda sebagaimana positivisme. Ada
tiga pandangan dasar yang membentuk perspektif interpretatif yaitu:
1. Hermeneutika
2. Fenomenologi
3. Interaksionisme simbolik
Hermeneutika
Hermeneutika mengajukan metode pemahaman
(verstehen) terhadap dunia kehidupan. Hermeneutika menegaskan bahwa fenomena khas manusia adalah bahasa, dan
karena itu memahami manusia dapat dimulai dari bahasa.
Inti dari tradisi hermeneutika adalah konsep
sebuah teks. Maka subjek dari studi hermeneutika dapat mencakup karya klasik
Plato, pernyataan yang dibuat oleh politisi kontemporer, upacara dan ritual
khusus dari budaya tertentu, dll.
Kontribusi pemikiran hermeneutika untuk teori
interpretatif kontemporer dalam komunikasi, diantaranya:
- Hermeneutika menegaskan pentingnya pemahaman (verstehen) sebagai sebuah oposisi terhadap metode penjelasan (eklaren)
- Hermeneutika menekankan konsep sentral teks sebagai objek
- Melalui siklus heremenutika, teori ini menentang pemilahan antara subjek yang mengetahui dan objek/pengetahuan .
Fenomenologi
“Dunia kehidupan (lebenswelt) adalah dasar
makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan”, kata Edmund Husserl. Oleh
karenanya fenomenologi menyerukan zuruck zu sachen selbst
(kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu upaya untuk menemukan dunia
kehidupan
Prinsip dasar dari fenomenologi adalah:
- Pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman eksternal tetapi dalam diri kesadaran individu
- Makna adalah derivasi dari potensialitas sebuah objek atau pengalaman yang khusus dalam kehidupan pribadi
- Dunia dialami –dan makna dibangun- melalui bahasa
Interaksionisme
simbolik
Makna berasal dari interaksi dan tidak dari
cara yang lain. Teori
interaksionisme simbolik berorientasi pada prinsip bahwa orang-orang merespons
makna yang mereka bangun sejauh mereka berinteraksi satu sama lain. Setiap
individu merupakan agen aktif dalam dunia sosial, yang tentu saja dipengaruhi
oleh budaya dan organisasi sosial, bahkan ia juga menjadi instrumen penting
dalam produksi budaya, masyarakat dan hubungan yang bermakna yang mempengaruhi
mereka . Bapak teori
interaksionisme simbolik adalah George Herbert Mead (1963-1931).
2 comments:
makasih artikelnya, ngebantu banget :))
great
Post a Comment